Blogger news

Wednesday, July 8, 2015

Tuesday, July 7, 2015

Lailatul Qadar




Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.

Menurut Quraish Shihab, kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur'an dapat memiliki tiga arti yakni [1]:

Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami
Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Keistimewaan

Dalam Al Qur'an, tepatnya Surat Al Qadar malam ini dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu, bulan .97:1 Pada malam ini juga dikisahkan Al Qur'an diturunkan, seperti dikisahkan pada surat Ad Dukhan ayat 3-6. 44:3

Waktu

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan : " Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169). Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Lailatul Qadar kemungkinan akan "diwujudkan" oleh Allah pada malam ganjil, tetapi mengingat umat islam memulai awal puasa pada hari atau tanggal yang berbeda, maka umat islam yang menghendaki untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dapat "mencarinya" setiap malam. Agar kita yang menghendaki "mendapatkan" Lailatul Qadar, maka berbuka puasalah "sekedarnya" saja agar badan tidak "menjadi berat" dan malas serta menjadi sebab ngantuk dan mudah tertidur, sehingga yang kita inginkan untuk mendapatkan Lailatul Qadar tidak membuahkan hasil.

Monday, July 6, 2015

Tentang Islam dan Pembela Syiah

Islam adalah agama yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman para salaf, yaitu para ulama yang seyogianya dikategorikan ulama, seperti para sahabat Nabi dan al-Khulafa ar-Rasyidin. Sebab, mereka adalah penyambung lidah Islam yang mewarisi langsung ilmu-ilmu Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam. Mereka memperjuangkan penegakan akidah Islam dan menuntun generasi selanjutnya untuk berjalan di atas metodenya (manhaj).

Islam tegak di atas akidah mereka yang mempertahankan al-Qur’an dan hadits, agar tidak hilang dan sirna dari umatnya. Itulah perjuangan mereka sebagai ulama, selalu menjadi garda terdepan pembelaan terhadap Islam.

Sungguh aneh kalau predikat ulama ini disematkan kepada mereka yang menyamakan Syiah dengan Sunni, atau menganggap Syiah bagian dari mazhab Islam. Artinya, perlu dipertanyakan status mereka sebagai “ulama”, apakah predikat yang disandangkan oleh umat kepada mereka itu sesuai dengan konsep pemikirannya yang tidak mengacu kepada ilmu ataukah tidak. Sebab, memang jelas bahwa pemikiran mereka bertolak belakang dengan Islam.

Lantas, siapakah yang disebut ulama yang menyejajarkan Syiah dengan Islam, sehingga tidak menyebut Syiah sesat? Ternyata mereka terbilang  pentolan bangsa ini, dianggap sebagai tokoh umat dan tokoh masyarakat yang menaruh simpati kepada Syiah, hingga akhirnya mereka termasuk dalam mata rantai kesesatan Syiah. Inilah kata mereka tentang Syiah.

Prof. Dr. Umar Shihab
“Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam Internasional sebagai bagian dari Islam.”
(rakyatmerdekaonline.com)

Dr. Alwi Shihab (Mantan Menkokesra)
“Bangsa kita sangat membutuhkan ulama-ulama yang mampu melakukan pendekatan antar mazhab (Sunni-Syiah), pendekatan antar-pemikiran dan orientasi. Bangsa kita haus dengan tokoh Islam yang mampu mempersatukan umat. Selama ini yang banyak mengambil tempat adalah mereka yang gemar menyesatkan kelompok lain di luar mereka. Dan kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.”
Pernyataan yang sangat tendensius ini tidak selayaknya muncul dari seorang yang bergelar doktor. Akan tetapi, hal itu bukanlah mustahil ketika diketahui ternyata beliau adalah doktor lulusan Universitas Temple Amerika Serikat!

KH. Said Agil Siradj
“Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. Di universitas di dunia mana pun tidak ada yang menganggap Syiah sesat.”
(tempo.co)
Dia juga mengatakan, “Muslim Indonesia yang dikenal Ahlus Sunnah sesungguhnya sudah menjadi Syiah minus Imamah.” (Kompas, 13 Mei 2007)

Prof. Dr. Din Syamsuddin
“Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama muslim.” (republika.co.id)

KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur)
“Syiah itu adalah NU plus imamah, dan NU itu adalah Syiah minus imamah.” (rakyatmerdekaonline.com)

KH. M. Maftuh Basyuni SH
“Baik Sunni maupun Syiah punya dasar yang sama, jadi tidak perlu dipertentangkan.” (Kompas, 13 Mei 2007)

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
“Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam, dalam perebutan kekuasaan dari masa sahabat, karenanya akidahnya sama, al-Qur’annya dan Nabinya juga sama.” (republika.co.id)

Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif
“Kalau Syiah, di kalangan mazhab dianggap sebagai mazhab kelima.” (okezone.com)

KH. Nur Iskandar SQ
“Kami sangat menghargai kaum muslimin Syiah.” (inilah.com)

Itulah pernyataan-pernyataan tokoh-tokoh masyarakat yang diulamakan, yang bersandar kepada hawa nafsu. Predikat yang disandangnya setinggi  langit belum tentu menghasilkan pendapat yang positif terhadap Islam. Mereka cenderung overdosis dalam mengambil kesimpulan.

Di dalam tubuh umat Islam, yang bergelar profesor itu banyak. Akan tetapi, hal itu tidak menjadikan jaminan bahwa seseorang agamanya benar. Kalau tujuan mencari ilmu hingga berhasil mencapai gelar doktor atau profesor hanya untuk sematan belaka, tidak berarti mereka mampu dalam ilmu agama. Sebab, dalam perspektif Islam, ilmu agama itu bisa dipelajari oleh siapa saja, tanpa dibatasi oleh doktrin perguruan tinggi yang salah kaprah.

Kaum muslimin hendaknya berhati-hati dan tidak mudah dikelabui oleh pernyataan-pernyataan miring yang bertolak belakang dengan ajaran Islam, yang justru menjadi angin segar bagi Syiah.

Sampai kapan pun, Syiah adalah kelompok yang sesat: sumber hukumnya berbeda dengan kaum muslimin, mereka mengubah isi al-Qur’an, bahkan meyakini bahwa al-Qur’an yang ada sekarang itu tidak lengkap, tidak memercayai hadits karena periwayatnya adalah para sahabat yang menurut mereka telah kafir dan murtad, dan berbagai keyakinan lain yang bukan akidah Islam.
sumber klik disini

BENDUNGAN PERJAYA ADALAH BENDUNGAN TERBESAR KE 2 DI ASIA

Bendung Perjaya terletak di Desa Perjaya dan Kermongan Kecamatan Martapura Kab. OKUT Provinsi Sumatera Selatan . Bendung tersebut berada posisi 104° 20’ Bujur Timur – 104° 55’ Bujur Timur dan 3° 55’ Lintang Selatan dan 4° 20’ Lintang Selatan, berjarak + 8 km dari kota Martapura dan + 200 km dari Palembang.

Bendung  Perjaya adalah bagian dari prasarana jaringan Irigasi Komering  yang membendung Sungai Komering sehingga dapat mengairi daerah Komering, Macak, Belitang, Bahuga juga Mucak Kabau dan Tulang Bawang di daerah Lampung.

Tujuan dari Bendung Perjaya ini adalah sebagai sarana dan prasarana irigasi untuk meningkatkan wilayah daerah irigasi Belitang yang sudah ada dan membuka daerah baru dengan total luas areal seluruhnya 120.000 Ha. Studi kelayakan pembangunan bendung dilaksanakan  oleh JICA pada tahun 1981. adapun sistem Bendung Gerak Perjaya
dipilih berdasarkan pertimbangan teknik dan ekonomi dimana sistem tersebut lebih baik dibandingkan dengan bendung tetap ataupun bendung kombinasi.

Pembangunan Bendung  Perjaya dilaksanakan selama 4 tahun dimulai dari tahun anggaran (TA 1991/1992 dan selesai TA. 1995/1996), dilakukan perbaikan pintu-pintu sistem kontrol  tahun 2008/2011, mulai dioperasikan tahun 1994 untuk melayani jaringan sekunder belitang seluas 20.968 Ha.

Pelaksana konstruksinya dan perbaikan oleh.

1) Pelaksana Pekerjaan Sipil :PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN dengan biaya sebesar Rp. 49.340.447.885,-

2) Pelaksana Pekerjaan Pintu: PT. AMARTA KARYA-SAKAI, J/O dengan biaya sebesar Rp. 22.844.263.490,-

3) Perbaikan Pintu-pintu dan sistem kontrol: PT.Waskita Karya dengan biaya sebesar Rp. 16.344.078.889,35

KONTRUKSI  BENDUNG

Kontruksi bendung terdiri dari bangunan utama dan bangunan pelengkap.

1. Bangunan utama

Bendung terdiri dari Pelimpah banjir, Pembilas, Tangga ikan, jembatan pelayanan dan kolom olakan.
Bangunan pengambilan yang dilengkapi dengan kantong lumpur.
2. Bangunan Pelengkap.

Rumah Kontrol    : Rumah Kontrol & Ruang Kerja 4 lantai seluas 638 m2
Rumah Generator : seluas 168 m2 dilengkapi dengan genset untuk  operasi pintu.
SUMBER : KLIK DISINI